PERBEDAAN SOSIAL PERBEDAAN INDIVIDU DAN PERBEDAAN ANTARKELOMPOK
PERBEDAAN SOSIAL PERBEDAAN INDIVIDU DAN PERBEDAAN
ANTARKELOMPOK
Dalam kehidupan masyarakat tentunya banyak
memiliki perbedaan sosial. Perbedaan-perbedaan sosial tersebut tidaklah berdiri
sendiri. Artinya, dalam suatu masyarakat perbedaan tersebut dapat dikategorikan
ke dalam perbedaan sosial secara horizontal (diferensiasi sosial) dan secara
vertikal (pelapisan sosial/stratifikasi sosial). Masyarakat yang dikelompokkan
secara horizontal (diferensiasi sosial) tidak terlepas dari status dan peranan
sosial individu dan kelompok di masyarakat. Apabila kita amati, setiap status
memiliki peran yang berbeda dan fungsi yang berbeda pula. Salah satu contohnya
adalah seorang yang berprofesi sebagai dokter umum akan berbeda dengan seorang
insinyur tehnik sipil meskipun keduanya sama-sama seorang sarjana.
A.
Struktur
Sosial
Struktur
sosial secara sederhana bisa didefinisikan sebagai pola perilaku berulang yang
menciptakan hubungan antarindividu dan antarkelompok dalam masyarakat. Struktur
sosial bersifat abstrak dan tidak dapat terlihat oleh mata. Selain itu,
struktur sosial pada masyarakat bersifat sangat dinamis atau bisa berubah-ubah
sesuai dengan kondisi sosial masyarakat. Nah, kamu harus ingat nih, struktur
sosial mencakup dua unsur perbedaan pada masyarakat, baik perbedaan hierarkis
berupa stratifikasi soal dan perbedaan horizontal berupa diferensiasi sosial.
Jangan sampai lupa, ya!
Dalam sebuah struktur sosial, masyarakat akan selalu
menyesuaikan perilakunya dengan kelompoknya. Menurut Nasikun, seorang sosiolog
Indonesia, struktur sosial masyarakat Indonesia membagi masyarakat dalam
beberapa kelompok akibat adanya perbedaan stratifikasi dan diferensiasi
sosial. Stratifikasi sosial juga bisa menyebabkan terbentuknya
hierarki dalam bentuk kelas-kelas sosial di masyarakat.
Menurut Douglas (1973) mikrososiologi
mempelajari situasi sedangkan mikrososiologi mempelajari struktur. Apa yang dimaksudkan sosiologi dengan konsep
struktur sosial? Ternyata jawabannya tidak semudah yang kita duga, mengingat
bahwa sosiologi merupakan ilmu yang mempelajari banyak teori dan paradigma.
Seseorang yang mempelajari mikrososiologi seperti George C. Homans mengaitkan
struktur dengan perilaku sosial elementer dalam hubungan sosial sehari-hari,
sedangkan seseorang yang mempelajari mikrososiologi, seperti misalnya Gerhard
Lenski, berbicara mengenai struktur masyarakat yang diarahkan oleh
kecenderungan jangka panjang yang menandai sejarah. Kalau Talcot Parsons, yang
bekerja pada jenjang mikrososiologi, berbicara mengenai struktur ia berbicara
mengenai ketersalingkaitan antara institusi, bukan kesalingkaitan antar
manusia, maka coleman melihat struktur sebagai pola hubungan antarmanusia dan
antarkelompok manusia (mengenai pandangan Lenski, Parsons dan Coleman ini lihat
Blau, 1975).
B.
Diferensiasi Sosial
diferensi sosial adalah proses pembedaan masyarakat ke dalam
struktur sosial yang sifatnya horizontal. Horizontal berarti setara atau tidak
ada kelompok sosial tertentu yang menempati posisi sosial lebih tinggi atau
lebih rendah. Diferensiasi sosial secara teoritis tidak membentuk suatu
kelompok masyarakat untuk mendapat perlakuan secara spesial atau ditelantarkan.
Semua kelompok masyarakat setara, menyandang status yang sama.
Dimasyarakat manapun, struktur sosial yang ada umumnya
ditandai dua cirinya yang khas , yaitu:
1.
Secara vertikal struktur
sosial yang ada umumnya ditandai oleh adanya perbedaan antarkelas sosial dan
polarisasi sosial yang cukup tajam.
2.
Secara horizontal, masyarakat
ditandai oleh kenyataan adanya kesatuan-kesatuan sosial berdasarkan perbedaan
suku bangsa, agama, profesi, ras, adat, dan kedaerahan.
Perbedaan
masyarakat secara vertikal (Sebagaimana dikemukakan oleh Nasikun) disebut
stratifikasi sosial, sedangkan perbedaan masyarakat secara horizontal disebut
diferensiasi sosial. Stratifikasi sosial muncul karena ketimpangan distribusi
dan kelangkaan barang berharga yang dibutuhkan masyarakat, seperti uang,
kekuasaan, pendidikan, keterampilan, dan semacamnya. Sementara itu,
diferensiasi sosial muncul karena pembagian kerja, perbedaan agama, ras, (Pengelompokkan individu atas dasar ciri
persamaan kebudayaan, seperti bahasa, adat, sejarah, sikap, wilayah), atau
perbedaan jenis kelamin.
Bentuk-bentuk
diferensiasi soasial digolongkan dalam beberapa golongan diantara 1)
diferensiasi jenis kelamin (sex
differensiation); 2) Diferensiasi umur (age
differentation); 3) Diferensiasi ras (racial
differentiation); 4) diferensiasi intelektual (intelectual differentiation). Beberapa hal yang membedakan antara
anggota masyarakat yang satu dan lainnya dan berhubungan dengan kondisi
sosiokulturalnya yaitu; 1)diferensiasi suku (tribal
differentiation); 2) diferensiasi agama (religion
differentiation); 3) diferensiasi klan (clan
differentiation); dan 4) diferensiasi profesi (profession differentiation).
1. Diferensiasi Ras
Penggolongan ras
manusia tidak didasarkan pada faktor
sosiologis, sebab ras sebenarnya bukan identifikasi sosiologi tetapi
dampaknya sosiologi terdapat titik singgung. Hakikatnya ras merupakan
pengidentifikasian manusia yang didasarkan pada ciri morfologi (ciri-ciri lahir
yang tampak) pada fisik seseorang yang didominasi oleh karakter genotipe
(genetik). Gen adalah unsur kimia yang menentukan sifat-sifat atau ciri-ciri
suatu makhluk hidup. Di dalam gen terdapat kromosom, sedangkan kromosom itu
sendiri merupakan bagian di dalam inti sel yang berbentuk batang dan terlihat
berwarna menonjol pada proses mitosis.
Atas dasar ciri
tersebut A.L.Krober membuat pengklasifikasian ras manusia di dunia berdasarkan
empat bagian yang biasanya digunakan untuk analisis di antaranya :
1.
Kaukasoid, yaitu penduduk asli
di wilayah Eropa, sebagian di Afrika, dan Asia antara lain meliputi:
a.
Nordic, ras manusia yang
banyak mendiami kawasan Eropa Utara sekitar laut Baltik.
b.
Alpine, mendiami di kawasan
Eropa Tengah dan Eropa Timur.
c.
Mediteranian, mendiami di
sekitar Laut Tengah, Afrika Utara, Armenian, Arab, dan Iran.
d.
Indic, berada di Pakistan,
India, Bangladesh, dan Sri Lanka.
2.
Mongoloid, yaitu penduduk asli
wilayah Asia dan Amerika, antara lain:
a.
Asiatik, penduduk yang
mendiami wilayah Asia Utara, Asia Tengah, dan Asia Timur.
b.
Malayan Mongoloid, penduduk
yang mendiami wilayah Asia Tenggara, Indonesia, Filipina, dan penduduk asli Taiwan
c.
American Mongoloid, penduduk
asli Amerika
3.
Negroid, yaitu penduduk asli
wilayah Afrika dan sebagian Asia, antara lain:
a.
Afrika Negroid, mendiami di
wilayah Afrika.
b.
Negrito, mendiami wilayah
Afrika Tengah, Semenanjung Malaya yang dikenal dengan orang semang, Filipina
c.
Melanesia, mendiami wilayah
Papua dan Melanesia.
4.
Ras-ras Khusus, yaitu ras yang
tidak terklasifikasikan dalam keempat ras ini antara lain :
a.
Bushman, yaitu penduduk asli
Gurun Kalahari-Afrika Selatan.
b.
Weddoid, penduduk asli
pedalaman Sri Lanka, dan Sulawesi Selatan.
c.
Austroloid, yaitu suku
Aborigin penduduk asli Australia
d.
Polynesia, berada di kepulauan
Mikronesia dan Polinesia.
e.
Ainu, penduduk asli Pulau
Karafuto dan Hokaido Jepang.
2. Difeensiasi Suku Bangsa
Suku
bangsa adalah kelomok masyarakat yang memiliki corak kebudayaan yang khas atau
golongan manusia yang terikat oleh kesadaraan dan jati dirinya akan kesatuan
kebudayaan yang khas atau golongan manusia yang terika oleh kesadaran dan jati
dirinya akan kesatuan kebudayaan, sehingga kebudayaan tersebut tidak ditentukan
oleh orang luar melainkan oleh warga kebudayaan yang bersangkutan.
Beberapa
kriteria untuk menentukan batas-batas
dari masyarakat suku bangsa yang dijadikan dasar kriteria dan wilayah uraian
suatu budaya suku bangsa di antaranya:
1.
Kesatuan sosial nag didasarkan
pada batas-batas wilayah tertentu seperti desa atau beberapa desa.
2.
Kesatuan sosial yang
didasarkan pada identitas masyarakat yang dicirikan oleh logat bahasa atau
dialek atau kebiasaan kolektif.
3.
Kesatuan sosial atau dasar
wilayah secara geografis, seperti pola-pola sosial masyarakat pesisir dan
pola-pola masyarakat pedalaman dan sebagainya.
4.
Kesatuan masyarakat yang
ditentukan oleh ikatan ekologis, seperti masyarakat yang tinggal di wilayah
gurun pasir dan masyarakat yang tinggal di wilayah tropis tentu memiliki
pola-pola yang berbeda.
5.
Kesatuan sosial yang dicirikan
oleh pola-pola interaksi sistem sosialnya.
3. Diferensiasi Agama
Emil
Durkheim memberikan batasan agama sebagai suatu sistem terpadu yang terdiri
atas kepercayaan dan praktik yang berhubungan dengan hal-hal yang suci
(sakral), dan bahwa kepercayaan, dan praktik tersebut mempersatukan ke dalam
komunitas moral yang disebut iman. Perbedaan iman ini menimblkan pola-pola
tingkah pekerti bagi kelompok pemeluk keyakinan dan kepercayaan ang
menghasilkan perbedaan kultur kelompok. Definisi agama yang dikemukakan dalam
tulisan ini merupakan bentuk batasan pengertian keyakinan dan kepercayaan
masyarakat secara luas, bukan secara spesifik, seperti agama yang secara legal
formal ditetapkan sebagai agama yang “sah”.
Adapun
menurut tata aturan yang berlaku secaralegal formal, di Indonesia terdapat
beberapa agama yang keberadaannya dijamin oleh pemerintah melalui undang-undang
yang berlaku. Akan tetapi, melihat gejala peerbedaan agama tidaklah cukup
melihat dari aspek legal formalnya saja, akan tetapi keberadaan kelompok
penganut agama yang legal formalnya saja, akan tetapi keberadaan kelompok
penganut agama yang legal formal tersebut menimblkan pola-pola kultural yang
secara kasat mata dapat dilihat perbedaannya. Sementara itu, perbedaan dalam
pola-pola perilaku yang dilandasi oleh nilai-nilai dan norma-norma agama
masing-masing kelompok penganut agama sangat menimbulkan kerawanan sosial
tertentu. Kerawanan sosial tersebut yang palig mutakhir adalah gejala konflik
antar penganut agama dan kepercayaan. Sebagaimana yang diungkapkan oleh
Durkheim bahwa agama selain menjadi perekat sosial, tetapi juga menyimpan
potensi perpecahan sosial. Perpeahan akan muncul ketika masing-masing kelompok
saling mengukuhi bahwa agama dan kepercayaaan yang dianutnya adalah paling
benas, dan menganggap agama dan kepercayaan yang dianut kelompok lain sesat.
4.
Diferensiasi Klan
Klan
adalah bagian dari sebuah suku bangsa yang merupakan kesatuan kecil dari
kerabat secra unilateral. Anda sering mendengar nama orang yang memiliki
akhiran yang sama, seperti Usman Hustaluhu, Daniel Tanjung, Faisal Tanjung, dan
Santa Herlina Tanjung. Nama akhiran Hustaluhu, Tanjung adalah nama Marga masyarakat
suku Batak.
Dalam
konsep antropologi, klan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :Kalan besar dan
klan kecil. Klan besar artinya suatu kelompok kekerabatan yang terdiri dari
satu nenek moyang, sedangkan klan kecil adalah kelompok kekerabatan yang terdiri
dari satu nenek moyang melalui garis keturunan dari ayah atau dari ibu.
Sebagai
satu kerumunan yang sama, biasanya mereka diikat oleh tatanan yang
mengatur pola-pola kehidupan semarga
utamanya dalam mengatur antara hak dan kewajibannya dalam ikatan kekerabatannya
tersebut.
C.Stratifikasi Sosial
Stratifikasi
sosial adalah strata atau pelapisan orang-orang yang berkedudukan sama dalam
rangkaian kesatuan status sosial. Para anggota strata sosial tertentu sering
kali memiliki julah penghasilan yang relatif sama. Namun lebih penting dari
itu, mereka memili sikap, nilai-nilai, dan gaya hidup yang sama. Semakin rendah
kedudukan seseorang di dalam pelapisan sosial, biasanya semakin sedikit pula
perkumpulan dan hubungan sosialnya. Orang-orang berpartisipasi dalam jenis
organisasi apapun. Ada kecenderungan yang kuat , kelompok yang berasal dari
lapisan rendah atau masyarakat miskin biasanya lebih menarik diri dari kata
krama umum, mereka mengembangkan subkultur tersebut yang sering kali berlawanan
dengan subkultur kelas sosial diatasnya
Penjelasan Bagi Adanya Stratifikasi
Moore dan Davis mengemukakan stratifikasi
dibutuhkan demi kelangsungan hidup masyaakat. Dalam masyarakat terdapat status
yang harus ditempati agar masyarakat dapat berlangsung. Anggota masyarakat
perlu diberi rangsangan agar mau menempati status tersebut dan, setelah
menempati status, bersedia menjalankan peran sesuai dengan harapan masyarakat
(role expectation). Semakin penting status yang perlu ditempati, dan semakin
sedikit tersedia anggota masyarakat yang dapat menempatinya, semakin besar pula
imbalan yang diberikan masyarakat. Perbedaan imbalan tersebut kemudian
mengakibatkan terjadinya stratifikasi dalam masyarakat.
Sejumlah ahli sosiologi lain melihat bahwa
stratifikasi timbul karena dalam masyarakat berkembang pembagian kerja
yang memungkinkan perbedaan kekayaan,
kekuasaan dan prestise. Kekayaan, kekuasaan dan prestise tersebut jumlahnya
sangat terbatas sehingga sejumlah besar anggota masyarakat bersaing dan bahkan
terlibat dalam konflik untuk memilikinya. Anggota masyarakat yang idak memiliki
kekuasaan, kekayaan atau prestise berusaha memperolehnya, sedangkan anggota
masyarakat yang tidak memilikinya
berusaha untuk mempertahankannya dan bahkan memperluasnya. Pandangan seperti
ini yang dikenal sebagai penjelasan konflik antara lain bersumber pada
pemikiran Marx (yang hanya menitikberatkan pada dimensi ekonomi).
Kelas Sosial
Konsep kelas
merupakan suatu konsep yang sudah lama digunakan dalam ilmu sosial.
Makna yang diberikan pada konsep tersebut berbeda-beda; meskipun konsep
tersebut menduduki posisi sangat penting dalam teori Mark, namun ia tidak
pernah mendefinisikannya secara tegas.
Weber mendefinisikan kelas
sebagai sekelompok orang; hal serupa kita Jumpai dalam definisi Jeffries. Namun
ada ahli sosiologi yang berpandangan bahwa kelas tidak hanya menyangkut orang
tertentu yang terlibat langsung dalam kegiatan ekonomi, tetapi mencakup pula
keluarga mereka..
Secara ideal sistem kelas
merupakan suatu sistem stratifikasi terbuka karena status di dalamnya dapat
diraih melalui usaha pribadi. Dalam kenyataan sering terlihat bahwa sistem
kelas mempunyai ciri sistem tertutup, seperti halnya endogami kelas. Pergaulan
dan pernikahan, misalnya, lebih sering terjadi antara orang yang kelasnya sama
daripada orang dari kelas lebih rendah atau lebih tinggi.
Dampak
Stratifikasi
Sejumlah ahli sosiologi berusaha meneliti bagaimana
perbedaan kelas sosial terwujud dalam perilaku. Salah satu perbedaan perilaku
kelas dijumpai dalam busana yang dipakai warga masyarakat kita di perkotaan.
Dalam berbusana , baik laki-laki maupun peremuan dari kelas sosial berbeda
mempunyai kerangka acuan yang berbeda pula. Kaum perempuan kita dari kalangan
kelas atas yang berbusana barat, misalnya, akan banyak yang cenderung berbusana
dengan mengacu pada karya perancang mode terkenal dari Paris, New York, London,
Tokyo, atau Roma. Kaum perempuan kelas menengah ke bawah akan lebih cenderung
memakai busana ciptaan perancang mode terkenal dalam negeri. Sedangkan pilihan
busana mereka yang berada di kelas bawah akan cenderung berorientasi pada
desain yang ditentukan para grosir pakaian jadi di pusat penjualan pakaian
seperti misalnya Pasar Tanah Abang atau Pasar Cipulir di Jakarta.
Perbedaan gaya hidup ini
tidak hanya dijumpai pada herarki prestise, tetapi juga pada herarki kekuasaan
dan previlese. Kita melihat bahwa setiap kelas sosial pun menampilkan gaya
hidup yang khas. Ogburn dan Nimkoff (1958) menyajikan suatu sketsa dari majalah
life yang menggambarkan bahwa lapisan bawah , menengah bawah, menengah atas,
dan atas, masing-masing mempunyai selera khas dalam hal pakaian, perlengkapan
rumah tangga, hiburan, makanan, minuman, bacaan, seni rupa, rekaman musik,
permainan dan kegiatan.
Penyebutan gelar, pangkat
atu jabatan pun memberikan petunjuk mengenai status seseorang dalam masyarakat,
baik yang diperoleh dengan sendirinya maupun yang diraih melalui usaha. Cara
penulisan nama seseorang, misalnya pada kartu nama, sering memberikan kepada
kita petunjuk mengenai berbagai status yang dipunyai orang bersangkutan.
Misalnya nama H, Hj. (pernah menunaikan ibadah Haji), prof (jabatan fungsional
tertinggi)
Sumber:
Christian Taringan,
Kamus Biologi, M2S, Bandung, 2000. Hlm. 121
M. Sitorus, Op.Cit,. hlm. 157.
Koentjaraningrat. Pengantar Ilmu Antropologi. Rineka Cipta,
Jakarta, 1990, hlm, 338
Kolip Usman, Elly M. Setiadi. Pengantar Sosiologi.Kencana
Prenadamedia Group, 2010
Sunarto, Kamanto, Pengantar Sosiologi (edisi kedua). (1993), Fakultas Ekonomi UI, Jakarta
Komentar