Pengertian dan Macam-Macam Realitas Sosial


REALITAS SOSIAL
Realitas sosial atau dalam Bahasa Inggris disebut ”social reality” adalah kenyataan yang dikonstruksikan secara sosial. Dikonstruksikan secara sosial maksudnya adalah muncul dari pikiran manusia dan berkembang menjadi kenyataan melalui konsensus, interaksi, dan habituasi atau kebiasaan. Definisi tersebut diturunkan dari ide dua pakar sosiologi Peter Berger dan Thomas Luckmann dalam bukunya ”The Social Construction of Reality”.
Sering kali kita melihat suatu fenomena sosial, lalu dengan sekejap menyebut itu sebagai realitas. ”Realitas memang kejam”, ” realitasnya memang demikian”, ”realitas di sekitar kita” dan sebagainya, merupakan ungkapan yang dapat diterjemahkan bahwa realitas adalah ”kenyataan”, ”yang real”, atau bahkan ”kebenaran”.
Pengertian realitas sosial
Konotasi umum dari istilah ”realitas” dalam kehidupan sehari-hari adalah ”kenyataan” atau ”yang nyata”. Para pakar sosiologi di Indonesia juga sering menggunakan istilah ”realitas” dan ”kenyataan” secara bergantian dengan maksud yang sama. Peter Berger dan Thomas Luckman : realitas adalah kualitas yang berkaitan dengan fenomena yang kita anggap berada di luar kemauan kita (sebab ia tidak dapat dienyahkan).
Dalam sosiologi, apa yang dimaksud sebagai realitas sosial adalah sesuatu yang dianggap nyata dalam kehidupan sosial, dan merupakan hasil konstruksi sosial. Pada paragraf pertama, kita sudah membaca bahwa konstruksi sosial melibatkan konsensus, interaksi, dan habituasi. Berger dan Luckmann melihat ketiga proses ini penting untuk membentuk sesuatu menjadi ”nyata”, ”real”, ”fakta”, dimata masyarakat.
Menurut Berger: “the fase cination of sociology liest in the fact the its perpective makes us she in anew light the very word in which we have lived all ur liver” (1978:33)  dLm proses mengungkapkan realitas sosial seorang ahli sosiologi menyikapkan berbagai lapisan tabir, dan peninyingkapan tiap helai tabir menampilkan suatu realitas baru yang tak terduga sebelumnya. Menurut berger ini dimunkinkan karena apa yang semula diduga ternyata keliru (“things are not what they seem”). Pandagangan seorang ahli sosiologi harus menembus tembok bagian depan gedung yang menutupi struktur sosial; ia harus melihat apa yang berada dibalik tembok tersebut (“seeing through the facedes of social structures”)
Berger dan Luckmann menyebut tiga tahap bagaimana kenyataan dikonstruksikan secara sosial: eksternalisasi, objektivikasi, internalisasi. Simplifikasi penjelasan ketiganya sebagai berikut:
» Eksternalisasi merupakan proses ide-ide yang muncul dari alam pikiran manusia menjadi sesuatu yang eksis di luar diri individu. Dengan kata lain, eksistensi ide tersebut sudah berada dalam struktur sosial.
» Objektifikasi merupakan proses ide-ide tersebut menjadi objek dan mulai dipersepsikan sebagai kenyataan. Objektifikasi melibatkan konsensus, interaksi, dan habituasi. Ide-ide tersebut disepakati, berlangsung melalui proses interaksi sosial, dan dilakukan secara berulang-ulang. Proses objektifikasi bisa berlangsung sangat lama, lintas generasi, sehingga mungkin saja generasi yang baru menenerima sesuatu sebagai sebuah kenyataan, namun generasi awal tidak melihatnya demikian.
» Internalisasi merupakan proses dimana kenyataan objektif atau sesuatu yang sudah mengalami objektifikasi, diserap masuk ke dalam diri manusia sebagai sebuah pengetahuan. Pada tahap ini, individu atau aktor melihat realitas sebagai kenyataan objektif, padahal sejatinya terbentuk dari ide-ide yang subjektif.
Setelah memahami tiga tahapan bagaimana kenyataan dikonstruksikan secara sosial, kita bisa melihat realitas sosial sebernanya tidak murni objektif, melainkan melibatkan unsur-unsur subjektif seperti ide, persepsi, dan opini.
Contoh realitas sosial
  • Masyarakat
Individu senantiasa hidup dengan individu lain dan melakukan interaksi. Kita menyebutnya sebagai masyarakat. Misal, setiap pagi seorang ibu pergi ke sawah untuk bertani, di jalan ia bertemu tetangganya mau ke pasar. Ketika berpapasan ia saling sapa. Petani itu membawa cangkul, pakai sandal japit dan selendang. Orang yang mau ke pasar bawa tas belanjaan, pakai sandal dan bawa duit. Tindakan saling sapa ketika bertemu di jalan, dan sesuatu yang dipakainya adalah kenyataan. Tidak ada yang aneh ketika orang yang saling kenal menyapa ketika berpapasan di jalan. Tidak ada yang aneh pula ketika orang mau ke pasar bawa tas belanjaan.
Begitulah cuplikan kecil tentang apa yang terjadi di masyarakat. Cuplikan itu membuat kita menerima begitu saja realitas sebuah kehidupan di masyarakat. Padahal, masyarakat dan dan segala aktivitasnya itu tidak hadir begitu saja. Tindakan saling sapa juga tidak hadir begitu saja, melainkan ditentukan oleh definisi mereka terhadap situasi.
  • Sekolah
Sekolah tempat murid belajar tidak eksis begitu saja. Sebelumnya tidak ada gedung sekolah dan tidak ada kesepakatan tentang gedung yang digunakan untuk sekolah. Sekolah itu ada karena pihak-pihak terkait membuat konsensus bahwa bangunan itu, aktivitas di dalamnya, serta sistem manajemennya disebut sebagai sekolah. Jika sekolah kamu sudah ada sebelum kamu jadi murid, maka sekolah itu adalah produk kesepakatan orang-orang sebelum kamu. Sekolah merupakan institusi sosial di bidang pendidikan. Dengan demikian, kita bisa melihat insitusi sosial sebagai realitas sosial. Tentunya, realitas tersebut dikonstruksikan secara sosial.
  • Keluarga
Keluarga adalah realitas sosial. Lihatlah bagaimana keluarga kamu eksis. Sebelumnya, tentu saja tidak ada. Dalam keluarga, ada norma dan nilai yang disepakati bersama. Misal, keluargamu menyepakati bahwa nyolong duit itu tidak baik, minum dengan tangan kiri juga tidak elok, dan sebagainya. Tiba-tiba kamu lahir, tumbuh dan berkembang menjadi dewasa. Kamu menerima keluargamu yang melarangmu untuk nyolong duit sebagai sebuah kenyataan. Padahal keluargamu beserta nilai-nilai yang eksis itu adalah produk kesepakatan, interaksi dan habituasi, dimulai sebelum kamu lahir dan barang kali masih berlangsung ketika kamu hadir.
  • Negara
Kita menerima begitu saja keberadaan negara Indonesia, padahal sebelumnya tidak ada. Negara adalah hasil kesepakatan politik yang diperoleh setelah syarat-syarat terbentuknya negara terpenuhi. Artinya, negara adalah hasil konsensus. Terjadi interaksi antar aktor, misalnya, kunjungan bilateral, atau kamu travelling ke negara lain dan mengatakan bahwa kamu berasal dari Indonesia. Proses interaksi tersebut berlangung berulang-ulang hingga kita menganggap bahwa negara Indonesia eksis sebagai kenyataan. Indonesia sebagai sebuah negara adalah realitas yang dikonstruksikan secara sosial.
Macam-Macam Realitas Sosial
Menurut Soerjono Soekanto, ada beberapa macam realitas sosial dalam masyarakat, diantaranya yaitu:
Interaksi Sosial         
Interaksi sosial adalah cara hubungan yang bisa dilihat jika orang perorangan dan kelompok-kelompok manusia saling bertemu. Interaksi sosial bisa berupa hubungan antarpribadi, antara individu dengan kelompok, antarkelompok, dan antara individu dengan lingkungan.
Kebudayaan
Sebagai makhluk yang berakal dan berbudi, manusia menciptakan kebudayaan untuk melindungi diri dan memenuhi kebutuhan hidupnya. Misalnya, dalam usaha melindungi diri dari cuaca, manusia menciptakan pakaian dan rumah. Untuk melindungi diri dari ancaman binatang buas, manusia menciptakan berbagai macam alat perlindungan. Kebudayaan yang diciptakan manusia ini juga termasuk fakta sosial yang dikaji dengan ilmu sosiologi.
Nilai dan Norma Sosial        
Dalam masyarakat terdapat nilai dan norma sosial. Nilai sosial adalah sesuatu yang bersifat abstrak berupa prinsip, patokan, anggapan, maupun keyakinan yang berlaku di suatu masyarakat. Prinsip dalam nilai sosial menyangkut penilaian apakah sesuatu baik, benar, dan berharga yang seharusnya dimiliki dan dicapai oleh warga masyarakat. Norma sosial merupakan bentuk konkret dari nilai sosial yang berupa peraturan, kaidah, atau hukuman. Nilai dan norma sosial merupakan fakta yang ada dalam masyarakat, sehingga tidak bisa diabaikan dalam studi sosiologi.
Stratifikasi Sosial      
Dalam suatu masyarakat, setiap individu memiliki strata berbeda. Hal ini tidak boleh diabaikan dalam kajian sosiologi, karena perbedaan itu memberikan dampak pada hubungan dengan kelompok lain dengan segala akibat baik dan buruknya.
Status dan Peran Sosial       
Status sosial bisa diartikan dengan kedudukan, peringkat, atau posisi seseorang dalam masyarakat. Dalam suatu status, terdapat sejumlah hak dan kewajiban. Misalnya, seseorang yang berstatus sebagai siswa, maka dia memiliki hal untuk mendapatkan ilmu dan sekaligus memiliki kewajiban untuk belajar dengan tekun.
Status sosial berkaitan erat dengan peran sosial. Status bersifat pasif, sedangkan peran sosial bersifat dinamis. Peran sosial adalah tingkah laku yang diharapkan muncul dari seseorang yang memiliki status tertentu. Misalnya, tingkah laku yang diharapkan dari seorang yang berstatus siswa adalah rajin belajar, hormat kepada guru, dan lain-lain. Baik peran maupun status sosial turut mewarnai keberadaan suatu masyarakat, karena itu turut dipelajari dalam sosiologi.
Perubahan Sosial     
Suatu masyarakat bukan komunitas yang pasif dan monoton, namun selalu mengalami perubahan. Misalnya, perubahan sistem dunia politik di Indonesia yang pada masa pemerintahan Orde Baru semula terdiri atas tiga partai politik lalu pada masa reformasi menjadi sistem multipartai, mau tidak mau telah mengubah tata kehidupan berbangsa dan bernegara. Demikian juga, apabila di kelas Anda tiba-tiba diberlakukan tata tertib baru, tentu para siswa akan menyesuaikan dengan aturan baru itu. Sehingga terjadi perubahan sosial. Kenyataan di masyarakat yang selalu berubah seperti itu juga dikaji dalam sosiologi.
Keadaan senyatanya didalam masyarakat.
Pengertian interaksi sosial sangat berguna di dalam memperhatikan dan mempelajari berbagai masalah  masyarakat. Umpamanya di Indonesia dapat dibahas mengenai bentuk-bentuk interaksi sosial yang berlangsung antara berbagai suku bangsa atau antara golongan terpelajar dengan golongan agama. Dengan memahami dan mengetahui perihal kondisi-kondisi apa yang dapat menimbulkan serta mempengaruhi bentuk-bentuk interaksi sosial tertentu. Maka pengetahuan kita dapat pula disumbangkan pada usaha bersama yang dinamakan pembinaan bangsa dan masyarakat.
A.    INTERAKSI SOSIAL SEBAGAI FAKTOR UTAMA DALAM KEHIDUPAN SOSIAL
Bentuk umum proses sosial adalah interaksi sosial (yang juga dapat dinamakan proses sosial), oleh karena interaksi sosial merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Bentuk lain dari proses sosial hanya merupakan bentuk-bentuk khusus dari interaksi sosial. Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang-orang perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun atara orang perorangan, dengan kelompok manusia.
  B.     SYARAT-SYARAT  TERJADINYA INTERAKSI SOSIAL
Suatu interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi apabila tidak memenuhi dua syarat, yaitu adanya kontak sosial (social contact) dan komunikasi ( communication).
            Antaraksi (interaksi) sosial dimaksudkan sebagai pengaruh timbal balik antara dua belah pihak, yaitu antar individu satu dengan individu atau kelompok lainnya dalam rangka mencapai tujuan tertentu.

      Terjadinya interaksi sosial sebagaimana dimaksud karena adanya saling mengerti tentang maksud dan tujuan masing-masing pihak dalam suatu hubungan sosial.
      Dalam proses sosial, baru dapat dikatakan terjadi interaksi sosial apabila telah memenuhi persyaratan sebagai aspek kehidupan bersama, yaitu adanya kontak sosial dan komunikasi sosial.
a.       Kontak sosial
Istilah kontak sosial
Kontak sosial merupakan tindakan pertama dalam interaksi sosial, meskipun kontak sosial belum mampu membentuk komunikasi yang berkelanjutan (Syam 2012: 79).
Untuk dapat memahami bentuk-bentuk kontak sosial yang terjadi maka kita dapat membedakan kontak sosial sebagai berikut:
a. Berdasarkan cara terjadinya kontak sosial
1) Kontak langsung
Kontak yang terjadi antara individu dengan individu, individu dengan kelompok atau kelompok dengan kelompok secara langsung, artinya tidak menggunakan media atau alat orang lain. Contoh: Berjabat tangan, mengucapkan salam, menggobrol, berpidato di muka umum dan sebagainya.
2) Kontak secara tidak langsung
Yaitu kontak yang terjadi antara pelaku dengan menggunakan alat atau orang lain sebagai perantara. Contohnya penyampaian pesan melalui radio atau televisi, ucapan selamat dengan menggunakan kartu atau hadiah seperti parcel, kado dan lain-lain.

Kontak sosial dapat bersifat : primer dan sekunder. Kontak sosial bersifat primer, apabila kedua belah pihak langsung bertemu dan mengadakan interaksi sosial. Kontak sosial bersifat sekunder, apabila melalui perantara, misalnya: berbicara kepada pihak lain melalui telepon, atau dengan surat menyurat. Hal seperti itu disebut sekunder langsung. Ada lagi kontak sosial bersifat sekunder, tidak langsung. Dalam hal ini melalui orang ketiga sebagai perantara. (Sri Wiyarti:95)
Menurut Soekanto (dalam Wadiyo 2008) kontak sosial dapat berlangsung dalam 3 (tiga) bentuk, yaitu
1.          Kontak sosial antara orang perorang
2.          Kontak sosial antara orang dengan kelompok
3.          Kontak sosial antara satu kelompok dengan kelompok lainnya

b.Komunikasi
Menurut Syam (2013: 95) bahwa dalam komunikasi ada tiga unsur penting yang selalu ada, yaitu sumber informasi (source), saluran (channel), dan penerima informasi (receiver).Sumber informasi adalah seseorang atau intitusi yang memiliki bahan informasi (pemberitaan) untuk disebarkan kepada masyarakat luas. Saluran (channel) yang digunakan, dapat berupa saluran intrapersonal atau pun media massa. Sementara penerima informasi (receiver) adalah perorangan atau kelompok dan masyarakat yang menjadi sasaran informasi atau yang menerima informasi.
Contohnya: si A mengirim bunga mawar kepada si B kemudia B menerima bunga tersebut, lalu menciumnya. Disini perhatian pertamanya ialah: dari siapakah bunga itu dan untuk apa? Hal ini menggambarkan, bahwa antara A dan B sudah ada komunikasi. Apakah suatu kontak sosial dapat terjadi adanya komunikasi untuk menjawab pertanyaan tersebut, perlu diberikan sebuah contoh.
Misalnya: seorang indonesia bertemu dan berjabat tangan dengan seorang sepanyol. Keduaannya omong-omong tetapi kedua duannya saling tidak tahu, karena memang tidak mengerti bahasa masing-masing. Maka dalam hal ini kontak sosial telah terjadi tetapi tidak terjadi komunikasi, sehingga tidak terjadi interaksi sosial.dalam komunikasi, maka sering kali tingkah laku tingkah laku orang sering ditafsirkan dalam bermacam-macam penafsiran. Misalnya: tersenyum tanda ramah tamah, membungkuk tanda hormat, mengangguk tanda setuju, dan lain-lain.

MEDIA PEMBELAJARAN MAX AND MATCH




SEBUAH PEMBICARAAN




























BERTATAP SOSIAL


















 

 










HUBUNGAN SOSIAL MANUSIA



















 
 






















KONTAK LANGSUNG






 


































KONTAK TIDAK LANGSUNG





































PELAPISAN MASYARAKAT













KENYATAAN KEHIDUPAN SOSIAL


 



 










 






































KEDUDUKAN SOSIAL

















 







INOFATIF

























































NILAI DAN NORMA SOSIAL








Sumber
Soerjono Soekanto, 2003. Judul : Sosiologi Suatu Pengantar. Penerbit PT Raja Grafindo Persada : Jakarta

Prof.Dr.Sunarto, Kamanto, 2000. Judul: Pengantar sosiologi edisi kedua.Penerbit Lembaga penerbit Fakultas Indonesia: Jakarta

Mg.Sri Wiyarti, Widada Sutapa Mulya, 2007. Judul:SOSIOLOGI. Penerbit UNS Press: Surakarta



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenali dan Mengidentifikasi Realitas Individu, Kelompok, dan Hubungan Sosial Di Masyarakat

GEJALA SOSIAL

PERBEDAAN SOSIAL PERBEDAAN INDIVIDU DAN PERBEDAAN ANTARKELOMPOK