Jenis-Jenis dan Faktor Pendorong Interaksi Sosial
A. Jenis-Jenis Interaksi Sosial
Menurut Gillin dan Gillin (dalam Soejono
Soekanto, 2007) interaksi sosial terbagi menjadi tiga jenis, yaitu:
1.
Interaksi
antara Individu dan Individu. Pada saat dua individu bertemu, interaksi sosial
sudah mulai terjadi. Walaupun kedua individu itu tidak melakukan kegiatan
apa-apa, namun sebenarnya interaksi sosial telah terjadi apabila masing-masing
pihak sadar akan adanya pihak lain yang menyebabkan perubahan dalam diri
masing-masing. Hal ini sangat dimungkinkan oleh faktor-faktor tertentu, seperti
bau minyak wangi atau bau keringat yang menyengat, bunyi sepatu ketika sedang
berjalan dan hal lain yang bisa mengundang reaksi orang lain.
2.
Interaksi
antara Kelompok dan Kelompok. Interaksi jenis ini terjadi pada kelompok sebagai
satu kesatuan bukan sebagai pribadi-pribadi anggota kelompok yang bersangkutan.
Contohnya, permusuhan antara Indonesia dengan Belanda pada zaman perang fisik.
3.
Interaksi
antara Individu dan Kelompok. Bentuk interaksi di sini berbeda-beda sesuai
dengan keadaan. Interaksi tersebut lebih mencolok manakala terjadi perbenturan
antara kepentingan perorangan dan kepentingan kelompok.
B.
Faktor-Faktor Pendorong Interaksi Sosial
Secara kasat mata,
interaksi sosial terlihat sederhana. Orang bertemu kemudian saling berbicara
atau sekadar bertatap muka. Padahal, interaksi sosial merupakan proses yang
cukup kompleks karena dilandasi oleh beberapa
faktor psikologis, yaitu imitasi,
sugesti, identifikasi, simpati, dan empati. Faktor-faktor itu dapat berdiri senciri atau bertungsi bersama-sama
sebagai dasar terjadinya interaksi
sosial.
1. Imitasi
lmitasi adalah tindakan meniru orang lain, imitasi
dapat dilakukan dalam bermacam-macam bentuk, misalnya gaya bicara, tingkah
laku, adat dan kebiasaan, pola pikir, serta apa saja yang dimiliki atau dilakukan oleh seseorang.
Meski demikian, dorongan seseorang untuk meniru
orang lain tidak terjadi dengan sendirinya. Diperlukan sikap menerima,
mengagumi, dan menjunjung tinggi apa yang akan
dimitasi. Menurut Dr. A.MJ. Chorus, sejumlah syarat
harus dipenuhi dalarn mengimitasi, yaitu:
·
Adanya
minat atau perhatian terhadap obyek atau subyek yang akan ditiru
·
Adanya
sikap menghargai, mengaggumi, dan memahami sesuatu yang akan ditiru
Contohnya, seorang anak
yang pernah mengamati ibunya menyetir
mobil. Tanpa diajari, anak
itu berlari-lari di rumah sambil menggerak-gerakkan kedua tangannya,
seolah-olah sedang menyetir mobil.
Imitasi mempunya peran
yang sangat penting dalam interaksi sosial yaitu mendorong seseorang untuk
mematuhi norma dan nilai yang berlaku di masyarakat. Contohnya seoarang anak akan meniru orang dewasa yang menyeherang
jalan melalui jermbatan penyeberangan Namun, imitasi juga dapat nenghasilkan
tindakan negatif jika yang ditiru adalah tindakan yang menyimpang dari nila dan
norma di masyarakat. Contohnya, seorang pemuda meniru ayahnya yang permabuk
atau seorang pelajar yang meniru temaninya membolos.
2.
Sugesti
Berlangsung
ketika seseorang memberi pandangan atau pernyataan
sikap yang dianutnya dan diterima oleh orang lain. Sugesti biasanya muncui
ketika si penerima sugesti tidak dapat berpikir rasional. la akan langsung
menerima segala anjuran atau nasihat yang diberikan dan meyakini kebenarannya
Pada umumnya, sugesti berasal dari hal-hal berikut
a.
Orang yang
berwibawa, karismatik, atau memiliki pengaruh kuat penerima sugesti Contohnya,
orang tua, cendiekiawan, atau pemimpin agama.
b.
Orang yang
memiliki kedudukan lebih tinggi dari penerima sugesti,
misalnya atasan di kantor.
c.
Kelompok
mayoritas terhadap minoritas. Contohnya, dalam suatu rapat. seseorang tidak
menyetujui suatu keputusan. Namun, karena anggota yang lain berpendapat sebaliknya,
ia pun mengubah pendapatnya.
d.
Reklame atau
iklan di media massa. Contohnya, suatu deterjen diiklanka mampu menghilangkan
nada dalarn hitungan detik Iklan tersebhut dapat memengaruhi konsumen untuk
membell produk tersebut.
Terjadinya sugesti bukan hanya karena faktor pemberi sugesti,
melainkan juga karena beberapa faktor di dalam diri penerima sugesti. Faktor-faktor
tersebut adalah sebagai berikut:
a.
Terhambatnya
daya berpikir kritis. Semakin kurang kemampuan seseorang bersikap kritis
terhadap suatu kejadian, semakin mudah orang itu menerima sugesti dari pihak
lain. Contohnya, orang yang sedang marah akan mudah diprovokasi untuk berkelahi
.
b.
Kenampuan berpikir terpecah belah (disosiasi). Disoslasi terjadi ketika seseorang sedang dilanda
kebingungan karena menghadapi berbagai perscalan. Dalam suasana dernikian ia
akan mudah menierima pandangan saran, atau pendapat orang lain tanpa berpikir
panjang.
c.
Orang yang
ragu-ragu dan pendapat satu atah. Orang yang ragu-ragu umumnya akan mudah
tersugesti, apa lagi jka pendapat itu berasal dari satu pihak saja sehingga ia
tidak dapat bekomunikasi langsung dengan pihak mberi pendapat. Contohnya, pada
kasus ikian kosmetik, sebenarnya kita meragukan kebenaran iklan tersebut Namun,
karena kita terus-menerus melihat dan mendengar iklan tersebut setiap hari
tanpa dapat bertanya tentang kebenarannya, kita pun membeli kosmetik itu.
3. Identifikasi
Identifikasi merupakan kecenderungan atau keinginan
seseorang untuk menjadi sama denqan pihak lain (meniru secara keseluruhan). Identifikasi
bersifat lebih mendalam daripada imitasi karena dapat membentuk kepribadian
seseorang. Orang melakukan proses identifikasi
karena memerlukan tipe ideal tertentu dalam kehidupannya. Contoh identifikasi
adalah seorang anak yang mengidolakan ibunya. la berusaha mengidentifikasi
dirinya sepert ibunya karena meriganggap sikap, perilaku, dan nilai yang
dimiliki oleh sang bu merupakan tipe ideal dan berguna sebagai penuntun
hidupnya.
Proses identifikasi dapat berlangsung secara sengaja
atau tidak sengaja. Meskipun tidak sengaja, pelaku identifikasi benar-benar
mengenal orang yang ia identifikasi sehingga sikap atau pandangan orang
tersebut benar-berar ia hayati. Contohnya, pemain bulu tangkis junier memiliki
pemain idola. Setiap kali idolanya bertanding, ia akan mengamat secara cermat
bagaimana gaya dan strategi bermain idolanya. la kemudian meniru dan yakin bisa
menjadi seperti idolanya.
4.
Simpati
Simpati
merupakan kondisi ketertarikan seseorang kepada dan merasakan apa yang dialami,
dipikirkan, atau dirasakan orang lain. Dalam proses ini,
perasaan berperan penting walaupun alasan utamanya adalah keinginan memahami dan bekeria sama dengan orang
lain. Contohnya, ketika tetangga yang sedang tertimpa musibah, kita ikut
merasakan kesedihannya dan berusaha membantunya. Umumnya, simpati lebih banyak
terjadi pada hubungan teman sebaya,
hubungan ketetanggaan, atau hubungan pekerjaan.
5.
Empati
Empati merupakan simpati yang mendalam yang dapat memengaruhi kondisi t an jiwa
seseorangį Contohnya, seorang ibu yang kut merasakan penderita anaknya yang
mengidap kanker darah Ibu tersebut sangat sedih sehingga ia pn t Contoh lain,
seorang pria jatuh sakit karena selalu membayangk Empati merupakan simpati an
tabrakan beruntun yang telah menewaskan anggota keluarganya Faktor-faktor yang
diuraikan di atas (imitasi, sugesti, identifikasi, simpa dan empati) merupakan
faktor minimal bagi proses interaks sosial. Pengaru simpati, empati, dan
identifikasi memang lebih besar, namun proses ketiga faktor tersebut lebih
lambat daripada sugesti dan imitasi. Sebaliknya, pengaruh sugest an im tasi
kurang mendalam, namun proses mereka lebih cepat. Kelima fakt tersebut
cenderung berasal dari satu pihak individu dan bersifat psikologis.
6.
Motivasi
Motivasi
adalah suatu dorongan kehendak yang menyebabkan seseorang melakukan suatu
perbuatan untuk mencapai tujuan tertentu. Motivasi berasal dari kata motif yang
berarti “dorongan” atau rangsangan atau “daya penggerak” yang ada dalam diri
seseorang. Menurut Weiner (1990) yang dikutip Elliot et al. (2000), motivasi
didefenisikan sebagai kondisi internal yang membangkitkan kita untuk bertindak,
mendorong kita mencapai tujuan tertentu, dan membuat kita tetap tertarik dalam
kegiatan tertentu. Menurut Uno (2007), motivasi dapat diartikan sebagai
dorongan internal dan eksternal dalam diri seseorang yang diindikasikan dengan
adanya; hasrat dan minat; dorongan dan kebutuhan; harapan dan cita-cita;
penghargaan dan penghormatan. Motivasi adalah sesuatu apa yang membuat
seseorang bertindak (Sargent, dikutip oleh Howard, 1999) menyatakan bahwa
motivasi merupakan dampak dari interaksi seseorang dengan situasi yang
dihadapinya (Siagian, 2004).
Motivasi
menjadi suatu kekuatan, tenaga atau daya, atau suatu keadaan yang kompleks dan
kesiapsediaan dalam diri individu untuk bergerak ke arah tujuan tertentu, baik
disadari maupun tidak disadari (Makmun, 2003). Motivasi seseorang dapat
ditimbulkan dan tumbuh berkembang melalui dirinya sendiri-intrinsik dan dari
lingkungan-ekstrinsik (Elliot et al., 2000; Sue Howard, 1999). Motivasi
intrinsik bermakna sebagai keinginan dari diri sendiri untuk bertindak tanpa
adanya rangsangan dari luar (Elliott, 2000). Motivasi intrinsik akan lebih
menguntungkan dan memberikan keajegan dalam belajar. Motivasi ekstrinsik
dijabarkan sebagai motivasi yang datang dari luar individu dan tidak dapat
dikendalikan oleh individu tersebut (Sue Howard, 1999). Elliott et al. (2000),
mencontohkannya dengan nilai, hadiah, dan/atau penghargaan yang digunakan untuk
merangsang motivasi seseorang. Misalnya,
dalam kegiatan belajar, motivasi merupakan daya penggerak yang menjamin
terjadinya kelangsungan kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan
belajar sehingga tujuan yang diinginkan dapat terpenuhi. Dengan demikian
motivasi sangat berpengaruh terhadap hasil belajar seseorang. Apabila seseorang
tidak mempunyai motivasi untuk belajar, maka orang tersebut tidak akan mencapai
hasil belajar yang optimal. Untuk dapat belajar dengan baik di perlukan proses
dan motivasi yang baik, memberikan motivasi kepada pembelajar, berarti
menggerakkan seseorang agar ia mau atau ingin melakukan sesuatu.
Sumber Informasi yang
Mendasari Interaksi
Di samping aturan-aturan dalam interaksi sosial, Karp dan
Yoels juga membahas sumber-sumber informasi yang mendasari interaksi seseorang
dengan orang lain. Mereka menyatakan bahwa apabila seseorang baru berjumpa
dengan orang lain yang belum dikenal, ia akan berusaha mencari informas tentang
orang itu. Hal ini sejalan dengan pandangan Goffman bahwa seseorang an berusaha
mencari informasi tentang orang lain yang ditemuinya agar
dapat mendefinis kan situasi. Menurut Karp dan Yoels, ada tujuh sumber
informasi dalam interaksi:
1.
Warna kulit
Sebagai
petunjuk ras seseorang sangat menentukan interaksi terutama pada masyarakat
yang diskriminatif secara rasial. Contohnya, di Afrika Selatan pada era
apartheid, orang kulit putih tidak mau berinteraksi dengan orang kulit hitam.
Orang-orang kulit putih menganggap orang kulit hitam cenderung bertindak
kriminal. Namun sejalan dengan perkembangan demokrasi, prasangka ini semakin
memudar.
2.
Usia
Cara seseorang
berinteraksi dengan orang yang lebih tua sering kali berbeda dengan orang yang
sebaya, atau pun yang lebih muda.
3.
Jenis Keiamin
Jenis kelamin juga dapat memengaruhi interaksi seseorang
terhadap orang lain. Contohnya, laki-laki cenderung menghindari sekelompok
perempuan yang tengah membicarakan kosmetik atau model sepatu terbaru.
Sebaliknya perempuan pun cenderung menghindari percakapan laki-laki tentang sepak bola atau otomotif
4.
Penampilam fisik
Selain warna kulit, usia, dan jenis kelamin, penampilan
fisik juga menjadi sumber informasi dalam interaks sosial. Umumnya, yang
pertama interaksi adalah penampilan fisik seseorang. Ada beberapa penelitian yang
memperihatkan bahwa orang yang bepenampilan
menarik cenderung lebih mudah mendapatkan pasangan
daripada orang berpenampilan kurang menarik. Penampilan fisik seseorang dapat
dikembangkan ke arah sikap dan perilaku yang lebih menarik
5.
Bentuk Tubuh
Menurut
Penelitian
Weils dan Siegal, arang cendenung berpendapat bałhwa ada kaitan antara bertuk
tubuh dan sifat seseorang (Slee, 2012). Orang yang memiliki tubuh endomorph (bulat, gemuk) dianggap memilki
sifat terang, santai, dan pemaaf. Orang yang mermiliki tubuh mesomorph (atlelis, berotot) dianggap memiliki sifat dominan, percaya diri, dan
aktif. Sementara orang yang bertubuh ectomorph
(tinggi. kurus) danggap bersifat tegang dan pemalu.
6.
Pakaian
Sumber informasi juga dapat diperoleh dari pakaian
seseorang. Sering kai seseorang yang berpakaian seperti esekutif muda lebih
dihormati daripada orang yang berpakaian seperti pekerja kasar.
7.
Wacana
Melalui
pembicaraan seseorang, kita dapat memperoleh informasi tentang dirinya. Contohnya,
ketika seseorang berbicara bahwa ia baru saja bertemu dengan direktur
perusahaan terkenal atau dengan gubernur. Dari perkataan tersebut, kita dapat
memperoleh informasi tentang orang itu. Dengan kata lain kita dapat menebak
status seseorang berdasarkan pembicaraannya, meskipun ada pula orang yang tidak
berkata jujur tentang dirinya.
Tahap Pendekatan dan Perenggangan
Hubungan dalam Interaksi Sosial
Ketika masih belajar di
sekolah menengah pertama, Anda tentu memiliki puluhan, bahkan ratusan teman
seangkatan. Setelah tiga tahun, dari sekian ratus
teman tersebut, adakah teman yang menjadi sahabat karib, lawan, atau bahkan ada siswa yang justru belum Anda kenal sama
sekali . Dalam
interaksi sosial terdapat ruang cakupan interaksi yang luas. Mulai dari interaksi antara orang-orang yang tidak saling
mengenal sampai memiliki hubungan sangat dekat. Menurut Mark Knapp dan Anita
Vangelisti, dale interaksi sosial terdapat tahap pendekatan dan tahap
perenggangan hubungar orang-orang yang berinteraksi (Knap dan Vngelist :2013) Di bawah ini di jelasan kedua
tahap tersebut
1.
Tahap Pendekatan
Dijabarkan menjadi tahap memular (initiating),
menjajaki (experimentinel) meningkatkan (intensitiuing), menyatupadukan (integrating) dan mempertalikan (bonding). Contahnya, saat
pertarna kali masuk sekolani, tentu mulai menjajaki hubugan
dengan orang lain dengan tegur sapa yang dikuti obrolan-obrolian ringan,
seperti asal sekolah terdahulu, alamat rumah. atau cara pergi ke sekolah. Hasil
penjajakan ini menjadi dasar untuk mernutuskan apakah hubungan kalian dapat ditingkatkan,
dipertanankan, atau tidak dilanjutkan sama sekali anag fendekata.
Hal yang sama juga terjadi pada pasangan calon suami
istri. Awalnya dimulai dari tahap penjajakan untuk memutuskan apakah hubungan
dapat ditingkatkan, dipertahankan, atau tidak dianjutkan. Jika ditingkatkan,
tahap selanjutnya adalah penyatupaduan. Pada tahap ini mulai merasakan suatu
kesamaan atau kesatuan. Dari tahap penyatupaduan ini läma kelamaan interaksi
dapat mencapai tahap pertalian, seperti
pernikahan.
2.
Tahap Peregangan
Dalam interaksi, selain terjadi proses pendekatan,
terjadi juga proses perenggangan.
Proses ini terdiri dari tahap membeda-bedakan (differentiating), membatasi (circumscribing), memacetkan
(stagnating), menghindari (avoiding) dan memutuskan (terminating). Contohnya,
dua orang yang berteman biasa melakukan
kegiatan bersama-sama mulai melakukan kegiatan sendiri-sendiri seperti makan siang atau pulang sekolah. Setelah
itu, pembicaraan tentang pertemanan mereka pun mulai dibatasi. Obrolan mereka
menjadi dangka sekadar basa-basi. Seringkali ketika satu pihak bicara tentang
sesuatu, yang lain menyangkal, membantah, melarang, atau membentak
3.
Tahap Memacetkan
Di
tahap tidak terjadi komunikasi. Kalaupun ada, hal ini dilakukan karena terpaksa
dan dengan sangat hati-hati. Perbedaan kedua
teman itu sudah sangat besar sehingga membicarakan hal yang paling sederhana
pun sulit dan dapat menyulut konflik. Jika kedua orang yang sebelumnya berteman
itu sudah tidak berkomunikasi tetapi masih berada dalam lingkungan yang sama
(misalnya, berada dalam satu sekolah), kedua orang tersebut berusaha untuk
saling menghindar, misalnya, berusaha tidak melewati jalan, lorong, atau
ruangan yang sama. Setelah terjadi jarak komunikas seperti ini, mereka berdua
berada di dalam tahap pemutusan hubungan.
MEDIA PEMBELAJARAN MIX AND MATCH
NO
|
KONSEP
|
GAMBAR/KASUS
|
1.
|
Interaksi individu dengan individu
|
Putri adalah siswa kelas 3 SMA, setelah lulus SMA ia ingin melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi yaitu Kuliah. Ia masih bingung menentukan jurusan yang akan ia pilih nantinya. Lalu ia mengkonsultasikan dengan guru BK yang ada disekolahnya mengenai jurusan yang cocok dengan bakat dan minatnya.
|
2.
|
Interkasi individu dengan kelompok
|
Tindakan perundungan atau bullying di Universitas Gunadarma dalam sebuah video yang beredar pada 16 Juli 2017 lalu, terlihat jelas seorang pemuda yang diduga berkebutuhan khusus tengah menjadi korban bullying. Tas korban tampak ditarik oleh seorang mahasiswa hingga terhuyung. Ia pun kemudian sempat melemparkan tong sampah kepada si pelaku. Alih-alih menolong sang korban, mahasiswa yang melihat kejadian tersebut malah ikut menonton sambil bertepuk tangan. Setelah melakukan penyidikan, kabarnya pihak universitas telah memberikan tindakan tegas kepada para pelaku.
|
3.
|
Interkasi kelompok dengan kelompok
|
Pemerintah terus melakukan usaha dan upaya untuk memajukan sektor kelautan dan perikanan. Hal tersebut dilakukan untuk mengawal visi misi pemerintah menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia. Demi mendorong hal tersebut Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melakukan kerja sama dengan TNI. Kerja sama tersebut ditandai dengan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara kedua belah pihak.
Kerja sama yang dilakukan antara KKP dan TNI untuk memperkuat ketahanan pangan dan pengamanan sektor kelautan dan perikanan. MoU ini akan berlaku hingga lima tahun mendatang.
|
4.
|
Imitasi
|
Video yang menggambarkan seorang murid SMA Al Azhar Kelapa Gading melontarkan kata- kata kasar kepada guru di dalam ruang kelas beredar di media sosial Instagram. Hal itu merupakan imbas dari era digital dan media sosial yang tidak diimbangi dengan pemahaman anak terkait risiko dari apa yang mereka unggah di dunia maya.
|
5.
|
Sugesti
|
Gerakan #2019GantiPresiden semakin ramai. Tahun 2019 adalah tahun dimana pemilihan presiden akan diselenggarakan. Maka, sah-sah saja jika ada yang menyuarakan ganti presiden. Termasuk menyuarakan agar Joko Widodo dipilih kembali untuk kedua kalinya.
Gerakan ini memiliki trend terus membesar. Setidaknya memberikan bisikan kepada banyak orang, bahwa Joko Widodo bisa dikalahkan. Apalagi penjelasan mengenai sejumlah kebijakan pemerintah yang dinilai “gagal” mulai bisa diterima oleh sebagian masyarakat.
|
6.
|
Identifikasi
|
Pemuda bernama shanta ini merupakan penggemar paling fanatik yang pernah dimiliki oleh Cristiano Ronaldo. Tak hanya mengikuti setiap pertandingan sang pesepakbola ganteng, pemuda bernama Shanta ini juga berencana menjadikan dirinya sangat mirip dengan Ronaldo. Shanta memang sangat mengagumi pesepakbola yang kini berlaga bareng juventus itu. Awalnya dia mengekspresikan kekaguman pada Ronaldo dengan meniru cara berpakaiannya. Kemudian dia ikut-ikutan mengganti nama belakang dengan nama keluarga sang atlet.
Sejak Ronaldo pindah ke Juve, dia sudah lima kali melakukan perjalanan ke kota tersebut, demi kesempatan untuk bertemu dengan Ronaldo.
Namun hal itu dirasa belum cukup untuk menunjukkan kecintaannya terhadap Ronaldo. Jadi Shanta memutuskan untuk meniru total penampilam Ronaldo. Dia menghabiskan ribuan dollar untuk membeli setiap baju dan aksesoris yang dikenakan Ronaldo. Bahkan alis dan rambutnya pun 'dirombak' hingga mirip sang idola. tak cukup sampai di situ, Shanta juga mati-matian belajar sepakbola agar bisa mengikuti jejak Ronaldo. |
7.
|
simpati
|
Yuyun, seorang siswi SMP di Desa Padang Ulak Tanding, Kecamatan Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu pada pertengahan April 2016 yang diperkosa 14 pemuda saat pulang sekolah. Di media sosial Twitter dengan hastag #NyalaUntukYuyun selalu disisipkan oleh netizen berbagai komentar keprihatinan dengan kejadian yang dialami Yuyun dan kecaman terhadap para pelaku pemerkosa tersebut.
|
8.
|
Empati
|
Civitas Akademika Politeknik LP3I Jakarta menggelar 'Save For Palu' dengan menggelar penggalangan dana dan salat gaib bagi korban gempa bumi dan tsunami Palu, Sulawesi Selatan. Mereka menggalang dana, mulai dari ruang kelas mahasiswa, Masjid di lingkungan sekitar hingga ke jalan raya dengan membawa kotak amal bagi korban gempa bumi dan tsunami Palu, Sulawesi Tengah.
|
9.
|
Motivasi
|
|
10.
|
Interkasi berdasarakan warna kulit
|
SUMBER :
1. Sunarto,Kamanto.
1993. Pengantar Sosiologi. Edisi ke-3. Depok : Fakultas Ekonomi UI.
2. Susanto,
Astrid. 1983. Pengantar sosiologi dan perubahan sosial. Jakarta : Banicipta.
3. Seokanto,
Soerjono.1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
4. Maryanti,
kun dan Juju Suryawati. 2013. Sosiologi
Kelompok Peminatan Ilmu-ilmu Sosial Kelas X SMA. Jakarta : Erlangga.
Komentar