Stratifikasi

A.      Sifat Stratifikasi
Sifat pelapisan masyarakat terdiri dari dua macam, yaitu pelapisan sosial tertutup (closed social stratification) dan pelapisan sosial terbuka (open social stratification). Sistem pelapisan sosial tertutup artinya tertutupnya kemungkinan seseorang atau sekelompok orang untuk pindah dari lapisan sosial satu ke lapisan sosial lainnya secara vertikal. Sebagaimana pokok bahasan di depan tentang sistem pelapisan sosial dalam berbagai gejala akan ditemukan dibeberapa gejala pelapisan sosial diantaranya:
1.    Sosial di dalam struktur masyarakat feodal dan sistem kekuasaan dapat dikatakan sebagai bentuk pelapisan sosial tertutup, sebab dalam pelapisan sosial masyarakat feodal akan sulit bagi seseorang atau sekelompok orang untuk memasuki lapisan sosial tertentu. Seseorang yang posisinya di tingkat lapisan sosial bawah misalnya rakyat jelata, akan sulit baginya untuk menduduki lapisan sosial bersama dengan golongan ningrat yang dianggap sebagai kelompok trah darah biru.
2.    Dalam sistem kekastaan akan tidak mungkin seseorang yang berkasta Sudra menempati posisi kasta Ksatria dan sebagainya. Model kekastaan ini biasanya masih berlaku di kalangan masyarakat yang menganut agama Hindu sebagaimana yang ada di Bali dan India. Penggolongan manusia ini justru mendapatkan pembenar dari ajaran agama sehingga bagi penganut agama ini berarti telah hidup dalam lingkar kekastaan yang tertutup.
3.    Dalam pelapisan berdasarkan ras manusia juga dapat dijumpai sistem pelapisan sosial tertutup, sebagaimana dalam politik apartheid di Afrika Selatan yang menempatkan golongan masyarakat kulit hitam sebagai strata sosial terendah. Perpindahan rasial walaupun sudah ada yang memiliki kemampuan mengubah warna kulit seperti Michael Jackson, tetapi pada kenyataanya tidak semua ras kulit hita, mampu mengubahnya sebab mengubah warna kulit tentu akan berhubungan dengan kemampuan keuangan yang dimilikinya.
Sifat kedua adalah model pelapisan sosial terbuka. Dalam struktur sosial seperti ini seseorang atau sekelompok orang dimungkinkan menempati atau berpindah  ke strata sosial tertentu, tidak terbatas pada satu strata sosial saja. Dengan demikian, seseorang misalnya dapat saja mengubah status sosialnya melalui kegigihannya menyelesaikan pendidikan yang lebih tinggi untuk kemudian mendapatkan posisi atau pekerjaan yang lebih baik. Model penstrataan seperti itu biasanya berlaku dalam struktuir masyarakat modern yang lebih mengedepankan aspek rasional daripada aspek tradisional yang irasional (tidak masuk akal) dan lebih menekankan kepada kemampuan (kapabilitas) seseorang ketimbang faktor keturunan.
Ilmu pengobatan dalam struktur masyarakat tradisional misalnya, lebih menekan pada faktor turunan sehingga keahlian praktisi pengobatan alternatif biasanya bersifat warisan. Hal yang berbeda ditemukan dalam struktur masyarakat modern dimana semua orang dapat mempelajari ilmu pengobatan melalui perguruan tinggi kedokteran dan keperawatan yang ada. Contoh lain yaitu anak petani yang kemudian meningkat statusnya menjadi pejabat tinggi karena kegigihannya dalam menyelesaikan pendidikan dan bekerja: dan anak pejabat tinggi yang kemudian menjadi orang miskin akibat ketidakseriusan dalam menempuh pendidikan dan daya bertahan hidup yang rendah. Maka, jelas bahwa dalam masyarakat modern naik turun status sosial seseorang tergantung kepada kapabilitas (kemampuan) seseorang dan bukan akibat faktor turunan.
Struktur masyarakat Indonesia masih banyak diwarnai oleh sistem feodalisme yang ditandai oleh berbagai macam simbol yang ada di dalamnya. Orang yang memiliki gelar raden, eyang, DrS..Ir., S.H., dan sebagainya misalnya, biasanya memiliki prestise tersendiri. Sehingga tidak heran jika banyak orang yang menempuh pendidikan dengan tujuan mendapatkan gelar dan ijazah, bukan pengetahuan dan keterampilan. Akan tetapi, ketika terjadi pergeseran sosial ke arah pola pemikiran yang lebih praktik dengan ukuran kelayakan hidup berdasarkan kepemilikan benda material, maka pertanyaannnya adalah seberapa jauh pengaruh gelar akademis simbolis tersebut pada naik turunnya status sosial seseorang dalam masyarakat? Kenyataannya yang ada saat ini adalah banyak merekan yang lulus pendidikan tinggi menganggur dan tidak lebih baik atau bahkan lebih rendah status sosialnya dibandingkan mereka yang hanya mengikuti pendidikan nonformal/ nongelar setelah lulus Sekolah Menengah Umum. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pola pelapisan sosial distruktur masyarakat modern lebih dinamis dibandingkan dengan struktur masyarakat tradisional yang lebih tertutup. Pengaruh eksternal dalam masyarakat modern juga memiliki pengaruh yang lebih besar dibandingkan dalam masyarakat tradisional yang lebioh menekankan kepada aspek simbolis.
Sifat pelapisan sosial terbuka lebih dinamis, artinya lebih mudah berubah seiring dengan perubahan soial itu sendiri. Lebih-lebih dalam masyarakat modern yang membolehkan segala macam bentukpersaingan di segala bidang. Struktur sosial masyaakat modern yang kompetitif (sifat saling mensaing) tersebut membuka lebih banyak peluang terciptanya dinamika (pergerakan) kelas spasial secara vertikal maupun secara horizontal. Ukuran kelas sosial semakin kompleks, merentang mulai dari ukuran kekayaan (material), kekuasaan, kehormatan, sampai ilmu pengetahuan. Ukuran untuk menentukan status sosial juga beragam, misalnya seseorang dihormati karena kepemilikan harta benda, tetapi dari segi etika pergaulan sosial, sementara di pihak lain ada seseorang yang tidak tergolong kaya, tetapi ia memiliki ilmu pengetahuan dan etika pergaulan sosial, maka ia pun menjadi terhormat di lingkungan sosialnya.
Sumber : Setiadi. M Elly, Kolip Usman. (2011). Pengantar Sosiologi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
B.       Proses Stratifikasi
Dalam sistem berlapis-lapis yang sengaja disusun terdapat bermacam-macam cara untuk menentukan kedudukan seseorang, misalnya dengan pemberian tanda-tanda kedudukan, nama pangkat, dan lain-lain.
Berhubungan dengan kedudukan, terutama dalam organisasi formal, Barnard mengatakan bahwa sistem kedudukan seperti itu timbul karena perbedaan kebutuan, kepentingan-kepentingan dan kemampuan-kemampuan individual yang mencakup hal-hal sebagai berikut:
1. Perbedaan kemampuan dari individu, kemampuan khusus yang dimiliki seseorang yang diakui oleh masyarakat menyebabkan yang bersangkutan memiliki kedudukan tertentu.
2. Perbedaan-perbedaan yang menyangkut kesukaran untuk melakukan bermacam jjenis pekerjaan
3. Perbedaan kepentingan-kepentingan dari masing-masing jenis pekerjaan
4. Keinginan pada kedudukan yang formal sebagai alat sosial atau alat organisasi
5. Kebutuhan akan perlindungan bagi seseorang (Soekanto, 2002:247)

Pelapisan sosial semacam ini menunjukan pada diferensiasi sosial yang dibentuk oleh suatu kelompok sosial atau masyarakat dalam rangka mengejar tujuan tertentu. Uniknya kepribadian manusia mengandung konsekuensi tidak teraturnya tindakan dan interaksi sosial. kalau kondisi ini dibiarkan, kehidupan bersama akan terganggu. Untuk itulah, maka diperlukan upaya mempolakan tindakan dan interaksi sosial yang dapat diwujudkan dengan membentuk pelapisan sosial. Melalui pelapisan sosial, masing-masing warga kelompok sosial menduduki lapisan sosialnya masing-masing. Tiap-tiap warga mengetahui apa yang menjadi hak, kewajiban, dan tanggung jawabnya.

Dalam kehidupan sehari-hari pelapisan sosial yang terbentuk secara disengaja berlaku dalam badan-badan resmi (organisasi formal) seperti pemerintahan, militer, pendidikan, perusahaan, dan koperasi.
Pelapisan sosial terjadi dengan sendirinya dikarenakan telah ada sejak seseorang itu lahir atau proses ini dapat terjadi sebab pertumbuhan masyarakat. Seseorang individu menempati lapisan tertentu yang bukan karena disengaja yang dibuat oleh masyarakat atau dirinya sendiri akan tetapi terjadi dengan sendirinya atau otomatis, misalnya karena keturunan.
Sedangkan pelapisan sosial terjadi secara sengaja dengan maksud untuk kepentingan atau tujuan bersama. Sistem ini telah ditentukan dengan terdapatnya wewenang dan juga kekuasaan yang diberikan oleh seseorang atau organisasi. Contohnya seperti diberikan oleh perusahaan tempat bekerja, partai politik, pemerintah dan lain sebagainya.
Sumber : Basrowi. (2005). Pengantar Sosiologi. Bogor: Ghalia Indonesia

C.       Bentuk-bentuk Stratifikasi Sosial
Setiap lapisan dalam susunan tertentu mempunyai sifat dan kesatuannya sendiri. Namun demikian, setiap lapisanmemiliki sifat yang menghubungkan suatu lapisan denganlapisan yang berada di bawah atau di atasnya. Secara sederhana, stratifikasi sosial terbagi ke dalam tiga lapisan, yaitu lapisan atas (upper), lapisan menengah (middle), dan lapisan bawah (lower).Bentuk stratifikasi sosial dalam masyarakat adabermacam-macam, seperti stratifikasi ekonomi, stratifikasi politik, dan stratifikasi sosial.
a)    Stratifikasi Ekonomi
Stratifikasi ekonomi dapat dilihat dari segi pendapatan,kekayaan, dan pekerjaan. Stratifikasi ekonomi mendasarkan pelapisan pada faktor ekonomi. Jadi, orang-orang yang mampu memperoleh kekayaan ekonomi dalam jumlah besar akanmenduduki lapisan atas. Sebaliknya, mereka yang kurang atautidak mampu akan menduduki lapisan bawah. Dengan demikian, kemampuan ekonomi yang berbeda menyebabkan terjadinya stratifikasi ekonomi. Golongan masyarakat yang menduduki lapisan atas dalam stratifikasi ekonomi, misalnya pengusaha besar, pejabat, dan pekerja profesional yang memiliki penghasilan besar.Sementara itu, golongan yang menduduki lapisan sosialpaling bawah, antara lain gelandangan, pengemis, pemulung, dan buruh tani. Stratifikasi ekonomi bersifat terbuka karena memungkinkan bagi masyarakat untuk pindah ke lapisansosial yang lebih tinggi jika mampu dan berprestasi.

b)    Stratifikasi Sosial
Pelapisan jenis ini berhubungan dengan status ataukedudukan seseorang dalam masyarakat. Menurut Max Weber, manusia dikelompokkan dalam kelompok-kelompokstatus berdasar atas ukuran kehormatan. Kelompok status ini, didefinisikan Weber sebagai kelompok yang anggotanyamemiliki gaya hidup tertentu dan mempunyai tingkatpenghargaan sosial dan kehormatan sosial tertentu. Pembagian pelapisan pada kriteria sosial maksudnyaadalah stratifikasi, antara lain dalam arti kasta, pendidikan,dan jenis pekerjaan. Stratifikasi sosial berdasarkan kasta dapatdijumpai pada masyarakat India. Masyarakat India menjalan-kan sistem kasta secara ketat dan kaku. Sistem kasta inididasarkan pada agama Hindu. Dalam sistem kasta tidak me-mungkinkan bagi seseorang untuk dapat pindah dari satulapisan ke lapisan yang lainnya. Stratifikasi sosial berdasarkan kriteria pendidikan karenaorang-orang di dalam sangat menghargai pendidikan sehinggamenempatkan mereka yang berpendidikan tinggi ke dalam kedudukan yang tinggi pula. Stratifikasi sosial bidang pendidikan bersifat terbuka, artinya seseorang dapat naik padatingkat yang lebih tinggi apabila dia mampu dan berprestasi. Stratifikasi pendidikan dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1.    Pendidikan sangat tinggi, antara lain doktor dan profesor;
2.    Pendidikan tinggi, antara lain sarjana dan mahasiswa;
3.    Pendidikan menengah adalah mereka yang mengenyambangku SMA;
4.    Pendidikan rendah adalah mereka yang mengenyampendidikan hanya sampai tingkat SD dan SMP;
5.    Tidak berpendidikan atau buta huruf
Stratifikasi berdasarkan kriteria sosial yang lain adalahstratifikasi bidang pekerjaan. Stratifikasi ini mendasarkan padakeahlian, kecakapan, dan keterampilan seseorang. Astried S.Susanto membagi pelapisan sosial bidang pekerjaanberdasarkan ukuran keahlian, sebagai berikut.
1.    Elite adalah orang kaya dan orang-orang yang menempatikedudukan atau pekerjaan yang oleh masyarakat sangat dihargai.
2.    Profesional adalah orang yang berijazah serta bergelar daridunia pendidikan yang berhasil.
3.    Semi profesional, misalnya pegawai kantor, pedagang,teknisi pendidikan menengah, dan mereka yang tidakberhasil mencapai gelar.
4.    Tenaga terampil, misalnya orang-orang yang mempunyaiketerampilan mekanik teknik, pekerja pabrik yang terampil, dan pemangkas rambut.
5.    Tenaga semi terampil, misalnya pekerja pabrik tanpaketerampilan, pengemudi truk, dan pelayan restoran.
6.    Tenaga tidak terampil, misalnya pembantu rumah tangga,tukang kebun, dan penyapu jalan.

c)    Stratifikasi Politik
Indikator yang digunakan untuk membedakan masya-rakat berdasarkan dimensi politik adalah kekuasaan. Jadi, politik identik dengan kekuasaan. Mereka yang memiliki ke-kuasaan terbesar akan menduduki lapisan sosial atas. Begitupula sebaliknya, yang sedikit bahkan sama sekali tidak me-miliki kekuasaan akan berada pada lapisan bawah. Kekuasaan adalah kemampuan untuk memengaruhi individu-individulain dan memengaruhi pembuatan keputusan kolektif. Robert D. Putnam mengatakan bahwa kekuasaan adalah probabilitas untuk memengaruhi alokasi nilai-nilai otoritatif. Sementara itu, menurut Max Weber, kekuasaan adalah peluang bagi seseorang atau sejumlah orang untuk mewujud-kan keinginan mereka sendiri melalui suatu tindakan komunal meskipun mengalami tentangan dari orang lain yang ikut serta dalam tindakan komunal itu. Dalam masyarakat, pembagian kekuasaan yang tidak merata sudah terjadi sejak lama. Menurut Gaetano Mosca, dalam setiap masyarakat selalu terdapat dua kelas penduduk, yaitu kelas penguasa dan kelas yang dikuasai. Kelas penguasa jumlahnya lebih sedikit daripada kelas yang dikuasai. Kelas penguasa menjalankan semua fungsi politik, memonopoli kekuasaan, dan menikmati keuntungan yang diberikan oleh kekuasaan itu. Menurut Vilfredo Pareto ada beberapa asas yang men-dasari terbentuknya stratifikasi sosial berkaitan dengan kekuasaan politik, yaitu:
1)        Kekuasaan politik, seperti halnya barang-barang sosiallainnya didistribusikan dengan tidak merata;
2)        Pada hakikatnya orang yang dikelompokkan dalam duakelompok, yaitu mereka memiliki kekuasaan politikpenting dan mereka yang tidak memilikinya;
3)        Secara internal, elite itu bersifat homogen, bersatu, danmemiliki kesadaran kelompok;
4)        Elite mengatur sendiri kelangsungan hidupnya dankeanggotaannya berasal dari lapisan masyarakat yangsangat terbatas;
5)        Kelompok elite pada hakikatnya bersifat otonom, kebalakan gugatan dari siapa pun di luar kelompoknya mengenai keputusan-keputusan yang dibuatnya.
Namun demikian, asas-asas tersebut lebih banyak digunakan oleh pemerintahan yang diktator. Negara demokratis, kekuasaan telah didistribusikan lebih terfragmentasi ke berbagai kelompok. Siapa pun yang berkuasa biasanya akan selalu dikontrol oleh kelompok-kelompok yangada di luar sistem. Penguasa dalam suatu negara disebut sebagai the rulling class atau elite politik. Mereka menduduki lapisan tertinggi dalam stratifikasi politik. Pada stratifikasi politik yang dapat digolongkan sebagai elite politik adalah pemimpin politik, pemimpin militer, pejabat tinggi, dan pengusaha-pengusaha besar. Mereka yang berkuasa dalam suatu negara hanyalah segolongan kecil sehingga dapat disebut golongan minoritaspolitik. Sedangkan mereka yang dikuasai disebut sebagai golongan mayoritas karena jumlahnya lebih banyak. Menurut Mosca dan Pareto ada suatu batas dan pembagian yang jelas antara yang berkuasa dan yang dikuasai, antara minoritas danmayoritas. Komposisi orang-orang yang ada pada golongan minoritas dan mayoritas dapat berubah-ubah dalam suatu periodewaktu. Seseorang yang tadinya bukan dari kelompok elite politik suatu saat bisa masuk menjadi elite politik. Dengan demikian, stratifikasi politik bersifat terbuka. Stratifikasi politik berdasarkan kekuasaan bersifat bertingkat-tingkat dan menyerupai suatu piramida. Menurut Mac Iver ada tiga pola umum dalam sistem dan lapisan kekuasaan atau piramida kekuasaan, yaitu
1.    Tipe Kasta
Tipe kasta merupakan sistem pelapisan kekuasaandengan garis-garis pemisah yang tegas dan kaku. Dalam tipe kasta tidak memungkinkan gerak sosial vertikal. Garis pemisah antara tiap-tiap lapisan tidak mungkin ditembus. Pada puncak piramida kekuasaan diduduki raja, kemudian  diikuti oleh kaum bangsawan, tentara, dan pendeta. Lapisan berikutnya terdiri atas tukang dan buruh tani. Lapisan yang terendah adalah para budak. Perhatikan piramida kekuasaan menurut tipe kasta pada bagan di bawah ini!

Bagan Piramida Kekuasaan Tipe Kasta



Keterangan:
I : raja
II : bangsawan
III : orang-orang yang bekerja di pemerintahan
IV : pegawai rendahan dan seterusnya
V : tukang-tukang, pelayan-pelayan
VI : petani-petani, buruh tani
VII : budak-budak
2.    Tipe Oligarki
Dasar pembedaan pada tipe oligarki ditentukan oleh kebudayaan masyarakat setempat, terutama adanyakesepakatan yang diberikan kepada warga masyarakat untukmemperoleh kekuasaan tertentu. Perbedaan antara satulapisan dengan lapisan lain tidak terlalu mencolok. Tipe oligarki masih mempunyai garis pemisahyang tegas. Tipe oligarki dapat dijumpai pada masyarakat feodal yang telah berkembang terutama di negara yang didasarkan pada aliran fasisme dannegara totaliter. Bedanya bahwa kekuasa-an sebenarnya berada di tangan partaipolitik yang mempunyai kekuasaan menentukan. Perhatikan piramida tipe oligarki di bawah ini!


Keterangan:
I : raja atau penguasa
II : terdiri atas bangsawan dari macam-macam tingkatan
III : terdiri atas pegawai tinggi sipil dan militer, orangorang
kaya, pengusaha, dan sebagainya
IV : terdiri atas pengacara, tukang dan pedagang, petani,
buruh tani dan budak


3.    Tipe Demokratis
Dalam tipe demokratis garis-garis pemisah antar lapisan sifatnya fleksibeldan tidak kaku. Kelahiran tidakmenentukan kedudukan dalam lapisan-lapisan yang terpenting adalah kemam-puan. Kadang-kadang juga faktor keberuntungan. Misalnya, seseorangdapat menduduki lapisan tertinggi sebagai kelas penguasa karena masuk dalam organisasi politik. Di bawah ini adalah piramida kekuasaan tipe demokratis!


Keterangan:
I : terdiri atas pemimpin politik, pemimpin partai, orang
kaya, pemimpin organisasi-organisasi besar
II : terdiri atas pejabat-pejabat administratif, kelas-kelas
atas dasar kelahiran ”eisure Class
III : terdiri atas ahli-ahli teknik, petani, pedagang
IV : pekerja rendahan, petani rendahan
Sumber: Budiyono. (2009).  Sosiologi. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenali dan Mengidentifikasi Realitas Individu, Kelompok, dan Hubungan Sosial Di Masyarakat

GEJALA SOSIAL

PERBEDAAN SOSIAL PERBEDAAN INDIVIDU DAN PERBEDAAN ANTARKELOMPOK